MALA TAU SITAMMU AKA' PEKUYA'NA PUANG

Jumat, 19 April 2013

TOHODOLUNNA TOPEMBUNI



TOHODOLUNNA TOPEMBUNI
(Natohodolu : To Mate, Nene’ Indo Lanta’)

Tempo dolu aha tau mai'di di lau' di tanete Kamande, yato bohtona mahoa' si'da-si'da aka’ yato ihsi bohto katomakakaang, diantoo: keterong, kebahi, anna mai’dike’ kullenana ang senga’.
Ampo’ ditempona anna la suleng yato pahentana Balanda la umpopahsima hupa tau, sangngaka-sangngaka to baha' dolu ma'tolla' anna ma'behteng dai naaku la dipopahsima. Ampo’ aka’ Kapahentaanna Balanda patalo donetoo, lambi’ ingkänna hupa tau pahallu dipopahsima. Donetoo yato sambaheanna hupatau di lau’ di tanete Kamande le'ba'i asang ungngalai kalaena tama di pangngala’ mendahi to pembuni andana la umbaya’ sima.
Yato ang le’ba’i mendahi to pembuni mala dioatee sisolasohong to Tabulahang. Yato tau le’ba’i membuni umpadahi sala bohto ang disanga " bohto to pembuni", bohto ang dai aha kapahentaanna. Pebohtoanna dianto: salunna Kinätäng anna salunna Mao. Di hao yato di bohtona sinnoa siang hupatau biasa: mangnguma, mobela', anna ma’hupa-hupa nababe, aha toe' teronna, aha bahinna, aha dasanna ponde’na sinnoa siang hupatau biasa.
Didiona kapahentaanna mala diote matoho si’da-si’da, anna masahhu’ atohanna, aka’ ponna aha petauanna ang käyyäng-käyyäng inaha, naala anna nalabui sau di salunna Kinätäng, bahtu' sau di salunna Mao.
Ponna aha kamahoa'ang yaling di lembänna Tabulahang ya’ sika si sule toe’ ma’mahoa’-hoa’, ampo' dai diinsang bahtu' dai diita, disanga siang hupa tau biasa. Noatunne’ ke la mensohongngi to Tabulahang pano di bohto senga’, hapanganna la mao ma'tolla' bahtu’ la mao ma’tanding, ya’ sika mao toune’ yato to pembuni mempola, ampo' dai nainsang angkanna to pa'bohto naoatee topembuni yato piha aka’ sinnoa siang hupatau biasa.
Dahi, setonganna yato to pembuni umpadahi tou nei' bohto ang mala dioate, masannang si'da-si'da, beba’ dai aha mampahenta, dai mosima. Ampo' moinnakato noa ya’ sika untuhu'i si'da-si'da atohang kamapiaang yaling inde di lino: Menna-menna ang sala malane' nalabu tandana untokei si'da-si'da kamapiaang. Yato to pembuni tontongke' dai aha mala mallambi', lambi' allo dinoa. Supung mala diita, mala diola alla' bohtona,  ampo' dai mala disitula'ing, aka' senga’ tubunne’ linona, moinnakato anna mendahi mesai tau bahtu' mesa kamesaang ampo’ senga’ tubunnei’ lino naii.

Noanto inde tohodolunna topembuni.

Apolos Ahpa, 
19/04/2013

4 komentar:

  1. waduh,,

    ku tunggu translatenya sola,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. sola saya sudah terjemahkan silahkan baca... Salama'

      Hapus
  2. Kisah tentang Topembuni

    Dulu ada banyak orang tinggal di Tanete (Bukit) Kamande, kampung mereka sangat ramai dan orang-orang yang tinggal di kampung itu rata-rata kaya, yakni memiliki kerbau, babi dan banyak lagi harta mereka.
    Tapi ketika Pemerintahan Belanda akan memberlakukan suatu aturan yakni kewajiban membayar pajak, ada beberapa orang-orang tua yang tidak setuju sehingga mengadakan perlawanan. Tapi karena kemenangan waktu itu ada di tangan Pemerintah Belanda, sehingga aturan wajib memayar pajak itu diberlakukan dan semua orang wajib membayar pajak. Pada waktu itulah sebagian besar Penduduk yang ada di Tanete Kamande pergi ke hutan untuk menyembunyikan diri dari pada membayar pajak kepada pemerintah Belanda.
    Jadi mereka-mereka yang pergi sembunyi ke hutan itu bisa dibilang saudara-saudara dari orang Tabulahan itu sendiri. Orang-orang itu pergi sembunyi ke hutan dan mendirikan kampung yang dinamakan “ Kampung To pembuni” (Kampung orang-orang yang bersembunyi) kampung ini adalah kampung yang bebas, tidak ada aturan dari pemerintah, karena tidak termasuk dalam pemerintahan yang ada. Perkampungan mereka terdapat di : Salu Kinatang dan Salunna Mao. Di kampung itu mereka juga sama dengan masyarakat biasa yakni : mengolah sawah, berkebun, dan lain-lain mereka buat, ada juga kerbaunya, babinya, dan juga ada rumah… pokoknya kehidupan mereka sama dengan kehidupan manusia pada umumnya.
    Mengenai aturan-aturan dalam kehidupan pemerintahan mereka bisa dikatakan sangat keras atau tegas, karena jika ada anggota masyarakat yang nakal-nakal, maka orang itu dihanyutkan ke sungai, yakni sungai kinatang atau sungai Mao.
    Kalau ada pesta atau keramaian-keramaian dilakukan di daerah Tabulahan, maka mereka juga datang ikut pesta atau keramaian tersebut, tapi sering kali tidak dikenal atau tidak dilihat, karena mereka juga kelihatan sama dengan manusia biasa. Begitu juga kalau Orang Tabulahan mau pergi ke daerah lain, misalnya mau pergi perang atau mengikuti pertandingan-pertandingan, mereka juga ikut pergi bersama-sama, tapi kebanyakan orang-orang di daerah lain tidak mengetahuinya karena mereka memang kilahatan sama dengan orang-orang Tabulahan pada umumnya.
    Jadi sebenarnya To pembuni itu mereka juga mendirikan perkampungan, dan bisa dikatakan perkampungan mereka itu bebas dan menyenangkan tidak ada yang memerintah, tidak ada pajak. Tapi walaupun demikian mereka sangat taat untuk hidup menuruti aturan-aturan mereka sendiri yakni aturan untuk kebaikan mereka semua hidup di dunia ini. Bukti bahwa mereka sangat taat aturan ialah apabila ada orang yang berbuat kesalahan, maka orang tersebut diambil dan dihanyutkan ke sungai yang deras. Sampai sekarang kampung To pembuni belum ada orang yang bisa menyaksikan secara langsung. Hanya bisa dilihat saja, dan bisa dilewati perkampungan mereka, tapi tidak bisa bertegur sapah dengan mereka, karena dunia mereka lain dari pada yang lain, walaupun sebenarnya kita dengan mereka satu kesatuan, tapi dunia mereka sudah lain….
    Itulah kira-kira terjemahan bebasnya dari tulisan di atas..

    BalasHapus