MALA TAU SITAMMU AKA' PEKUYA'NA PUANG

Rabu, 27 Agustus 2014

MANUSIA (TAU) MENURUT ORANG TORAJA



MANUSIA (TAU) MENURUT ORANG TORAJA
Penjabaran Filosofi “Tau”
Oleh: Apolos Ahpa, S.Th.

Bagi masyarakat suku Toraja yang mendiami pegunungan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat menyebut Manusia dengan istilah “Tau” atau “To”, itulah sebabnya setiap kampung biasanya diawali dengan “To”, misalnya To Raya, To Tabulahan, To Bambam, To Mamasa dan lain sebagainya. “To” itu menunjuk pada “Orang/Manusia”. Jadi semua yang merasa diri Orang Toraja, termasuk anak Cucu Pongkapadang yang ada di Sulawesi Barat memahami bahwa istilah “Tau” atau “To” itu menunjuk kepada Manusia.
Secara sadar atau tidak sadar, masyarakat Toraja hidup dan tumbuh dalam sebuah tatanan masyarakat yang menganut filosofi “Tau”. Filosofi ini, dibutuhkan sebagai pegangan dan arah menjadi manusia sesungguhnya dalam konteks masyarakat Toraja.
"Tau" atau “manusia” dalam bahasa toraja memiliki empat pilar utama yang mengharuskan setiap orang untuk menggapainya, yaitu: 
- Sugi'/ suki’ (Kaya)
- Barani/Bahani (Berani)
- Manarang/Manähäng (Pintar)
- Kinawa/Keinaha (Berhati Mulia, Peduli, yakni memiliki nilai-nilai luhur, agamis dan bijaksana)

Sugi’/Suki’ (Kaya) menempati urutan paling atas, karena kekayaan bagi orang Toraja adalah salah satu yang menentukan Derajat hidup seseorang, dalam arti kata bahwa wibawa seseorang ditentukan oleh berapa harta kekayaan yang dimiliki, berapa ratus ekor kerbau yang dimiliki, atau berapa hektar sawah atau kebun yang dimiliki. Namun bersamaan dengan itu pulah, kata Sugi’ juga dipahami sebagai suatu keadaan merasa puas dengan apa yang kita miliki, artinya bahwa tidak selamanya kekayaan itu diukur dari harta benda yang berlimpah ruah, tapi juga diukur dari bagaimana kita merasa puas atau merasa bersyukur atas apa yang kita miliki itu. Dengan demikian bahwa kata Sugi’ (kaya) itu tidak selamanya menunjuk pada Harta kekayaan yang banyak, tapi lebih pada rasa syukur atas apa yang telah kita miliki.
Urutan yang berikutnya ialah Barani/Bahani (Berani). Bagi orang Toraja seseorang itu harus memiliki sifat keberanian, tapi keberanian itu bukan sembarang keberanian, melainkan keberanian yang dilandasi oleh kebenaran. Jadi Berani karena Benar, berani mengambil tindakan karena meyakini bahwa tindakannya itu benar, bukan hanya benar menurut pandangan pribadinya, tapi benar menurut pandangan umum. Dapat dikatakan bahwa keberanian yang dimaksud ialah keberanian yang ada dasarnya, dan dasarnya adalah Kebenaran.
Urutan yang berikutnya ialah Manarang/manähäng (Pintar). Bagi orang Toraja, apabila seseorang sudah Kaya dan juga berani tapi tidak memiliki Ilmu pengetahuan atau tidak Pintar (manarang), maka semua itu akan sia-sia saja. Itulah sebabnya bagai orang Toraja, mencari ilmu itu sangat penting, Sekolah itu sangat penting karena kepintaran itu adalah salah satu aspek yang membuat kita menjadi Manusia sesungguhnya.
Urutan yang paling bawah yang mendasari semua itu ialah “Kinawa/Keinaha”(Berhati Mulia, Punya kepedulian sosial yang tinggi). Artinya bahwa walaupun seseorang sudah Kaya, Berani dan Pintar kalau tidak memiliki hati yang mulia, maka semua yang dia miliki itu akan digunakan semaunya (semau Gue). Orang yang memiliki hati yang mulia akan menggunakan segala yang diamiliki (Kekayaan, Keberanian dan Kepintaran) sebagai alat untuk melayani sesama, terutama sesama yang kurang beruntung atau sesama yang mengalami penindasan. Karena itu memiliki hati yang mulia itu menjadi hal yang sangat penting dan sangat mendasar bagi seorang “To Raja”.
Dari Keempat pilar di atas sesungguhnya tidak dapat ditafsirkan secara bebas dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, semuanya menjadi satu kesatuan yang membentuk diri seorang “To Raja.” Makna dari keempat pilar di atas adalah sangat dalam, dan melebihi pemahaman kata secara bebas.
Seorang Toraja menjadi “Manusia” yang sesungguhnya ketika dia telah memiliki dan hidup dengan empat pilar di atas, itulah sebabnya sering ada kata-kata orang tua yang mengatakan “Dao mentau!!!”, itu bukan berarti kita ini tidak berupa manusia, tapi lebih dalam dari itu ialah mau menjelaskan dari keempat pilar di atas. Dengan demikian apabila kita sudah menyadari diri memiliki sifat hidup sebagai orang yang “Kaya, Berani, Pintar dan Berhati Mulia” maka layaklah kita disebut sebagai “Tau” atau “Manusia”.

 Apolos Ahpa
Akhir Agustus 2014

Rabu, 20 Agustus 2014

PAMPETAHPA’NA TOBAHA’ DOLU PANO DI BULANG DI LANGI’



PAMPETAHPA’NA TOBAHA’ DOLU PANO DI BULANG DI LANGI’
(Ang mapia diongei kababe-babe situhu’ pampetahpa’na Tobaha’ Dolu pano bulang di langi’)
Manuhu' : Ambe One' (Ruben Ahpa)


Tangkala’ bulang di langi’
Hupanna bulang
Sanganna Bulang manuhu’ to Tabulahang
Ang mahasa di babe, bahtu’ ang dai mahasa di babe
1
)
DADOÄ'
Mahasa diongei mopinamula, dai la naande olo’-olo’
2-5

HERE BULANG
Dai huhu dipopinamulai, aka’ la naande bombo yato pinamula, anna datoi huhu dipallellengngi kayu aka’ la kebu’bi’ yato kayu ke dilellengngi di tempo indee
6-9
D
SUMOHENG BULANG
Mahasa liu diongei umbabe ingkänna siamo, sinnoana: mopinamula, medasang, mengkalao, anna senga’nake, ponde’na mahasa asang aka siamo dibabe done inde di tempo.
10

SALU KIHTING
Dai huhu dippinamulai, ampo’ mahasake’ne’ di babe ang senga’na
11

MEPANGE
Mahasa dipampamulai punti aka’ la sipangi-pangi boana
12

ULU ASU
Dai huhu dipopinamulai, ampo’ mahasake’ dibabe ang senga’na
13

LEHSU'
Dai huhu dipopinamulai, ampo’ mahasake’ dibabe ang senga’na
14

TIMUMUNG
Dai huhu dipopinamulai, ampo’ mahasake’ dibabe ang senga’na
15
O
TIBÄ' TAU/ BULANG TAU/ SALA BAYA
Bulanna Tau: Mahasa liu naongei tibuhsang Änä’, ampo’ dai mapia dipopinamulai
16

MELOLING/BULANG TERONG
Bulanna Terong: Mahasa diongei ungngalli Terong, ampo’ dai huhu dipopinamulai aka’ la naindä’-indä’ terong
17

TIBÄ' BAHI
Bulanna Bahi: Mahasa naongei keänä’ bahi, anna mahasa diongei ungngalli bahi ang la dipatuho, ampo’ dai huhu dipopinamulai aka’ la naande bahi
18

TIBÄ' ASU
Bulanna Asu: Mahasa naongei keänä’ asu
19

TIBÄ' POSA
Bulanna Posa: Mahasa naongei keänä’ posa, mahasa toi dipopinamulai aka’ dai la naande saring
20

KATITIANG
Bulanna seolo’-olo’ang ang si ungkarakei pinamula, dahi dai huhu dipopinamulai
21

PANGNGEMBÄNG
Dake’ huhu dipopinamulai
22
d
PEMPITU MALILLING
Mahasa liu diongei mopinamula, la seha’ Hupatau ungngande boana pinamula ang dipamula done di ahtu.
23-26

BULANG POPINAMULAANG
Mahasa diongei umbabe ingkänna siamo, sinnoa yato 6-9
27
(
PUHPU' BULANG
Dai huhu diongei kababe-babe, londonang mopinamula, aka’ la na ba’di hama yato pinamula
28-30

BULANG POHE/ BULANG DISIBAHOI
Bulang ta diinsang disangai (bulang disibahoi) mahasa liu diongei umbabe ingkänna siamo dinoa yato 6-9, anna 23-26

Catatang: Ang disanga “tangkala’ bulang di langi’” dianto yato nomoro’ saohko’ ang tiuki’ dihoi’na tangkala’ Masehi, (hapanganna: 3 Kliwon 3)